The Fed akhirnya menghilangkan kata
“bersabar” dalam pernyataannya, namun tidak menyebut proyeksi kapan
waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga.
Sang
ketua Janet Yellen bahkan mengatakan meski kata itu hilang, bukan
berarti pihaknya itu kini menjadi “tidak sabar.” Selain menghilangkan
kata itu, Komite memutuskan kenaikan baru bisa dilakukan bila terlihat
perbaikan lapamgan kerja dan yakin inflasi bisa kembali ke target 2%.
Berikut reaksi para ekonom terkait pernyataan itu dan jumpa pers Yellen
yang dirangkum dari beberapa sumber.
”The Fed lebih pintar dari yang kita duga dan layak mendapat pujuan
karena melakukan hal yang benar,” kata Jim Cramer, ekonom dari CNBC.
Menurutnya, banyak investor yang tidak mau mengakui tapi faktanya the
Fed masih berhati-hati dan bergantung pada data dalam mengambil
kebijakan, sembari memantau bagaimana ekonomi AS mempengaruhi ekonomi
global.
”Dengan menghilankan kata ”sabar,” the Fed melakukan apa yang
diperlukan. Tapi lebih dari itu, komite nampaknya lebih dovish dan tidak
ingin terburu-buru bertindak (menaikkan suku bunga),” kata Paul
Edelstein, ekonom dari IHS Global Insight. Namun ia memperkirakan
kenaikan suku bunga mungkin terjadi pada September.
”Pernyataan dan proyeksi terbaru FOMC mengindikasikan kenaikan lebih
mungkin terjadi pada September dari Juni,” kata Jan Jatzius, ekonom
utama dari Goldman Sachs. Menurutnya, meski ada penghilangan kata sabar,
kenaikan suku bunga tahun ini sepertinya tidak akan sebanyak perkiraan.
Ward McCarthy, ekonom dari Jefferies & Co., berpandangan meski
ada perubahan kata, isi kalimat intinya tidak berubah. ”Kata sabar
memang dihapus, tapi arti bersabar itu masih ada di sana. Terjemahannya,
ini baru langkah awal menuju normalisasi, dan kenaikan belum akan
terjadi,” katanya Sikap itu dipertegas the Fed dengan memangkas proyeksi
PDB dan inflasi.