The Fed hampir dipastikan tidak mengumumkan tindakan baru dari
rapatnya yang berakhir malam nanti. Namun pasar tetap menyimak dengan
seksama isi pernyataan sang ketua Janet Yellen, terutama soal prospek
kenaikan suku bunga.
Banyak
kalangan yang memperkirakan Yellen bakal menyampaikan pernyataan yang
hawkish dan menghilangkan kata ”bersabar” yang biasa digunakan untuk
menggambarkan proses normalisasi kebijakan. Mayoritas investor
memperkirakan the Fed akan menghilangkan kata itu.
Dalam polling yang dilakukan CNBC, 80% responden mengatakan Yellen
akan menghilangkannya. Namun, bukan berarti Yellen siap untuk menyebut
kapan bisa menaikkan suku bunga. Sebagian besar responden tidak yakin
kenaikan rate bisa terjadi sebelum Agustus atau September.
Banyak yang masih ragu the Fed bakal sinyalkan kenaikan rate, salah
satunya ekonom terkemuka Paul Krugman. Menurutnya, the Fed tidak akan
menaikkan suku bunga selama inflasi masih jauh dari target. ”Pendapat
saya, janganlah naikkan rate sampai ada terlihat jelas kenaikan
inflasi,” ujarnya. Selain itu, ia berpandangan pertumbuhan lapangan
kerja yang pesat belum diikuti oleh peningkatan upah yang signifikan.
Jim Cramer, ekonom CNBC mengatakan tidak akan mungkin the Fed
menaikkan suku bunga di saat ekonom belum sesuai harapan. Pernyataan itu
datang setelah data menunjukkan housing start anjlok 17% selama
Februari. Menurutnya, data ekonomi selama bulan itu tidaklah
menggembirakan.
Jeffrey Gundlach, pendiri dan CIO DoubleLine Capital, meyakini sulit
bagi the Fed menaikkan rate di tengah perlambatan global dan inflasi
rendah. Ditambah lagi dengan penguatan dollar dan merosotnya laba
korporat, kenaikan suku bunga bakal menjadi kesalahan besar.
Sedangkan Nomura mengatakan bisa saja kata bersabar hilang dari
pernyataan resmi the Fed nanti. Namun bukan berarti kenaikan suku bunga
segera mengikuti. ”Kami memperkirakan Yellen akan mengakui, mungkin
dalam sesi tanya jawab, bahwa apresiasi dollar mempengaruhi proses
normalisasi kebijakan,” katanya.
Sumber : Strategydesk